“Saya heran waktu anak saya yang SMP
bilang kalau damar kurung pengembangan boleh digambar tidak dari samping”.
Itulah kalimat pertama yang disampaikan Syaikhu Busiri saat ditemui wartawan
Pesona Giri di rumahnya. Syaikhu yang sempat menemani Mbah Masmundari di
tahun-tahun terakhir sebagai manajer itu mengaku prihatin dengan kondisi damar
kurung yang kurang banyak dipahami beberapa peminat dan mereka yang ingin
belajar melukis damar kurung saat ini.
“Damar kurung bukan sekedar karya
seni lukis yang bisa dengan bebas diadopsi dalam bentuk-bentuk baru tapi justru
cerita-cerita baru yang semestinya dilukiskan dalam pakem damar kurung seperti
yang dilakukan Mbah”. Syaikhu yang pernah mengantarkan Mbah menggelar pameran
terakhir yang dianggap paling sukses itu melanjutkan : “Lukisan Damar Kurung
punya pakem-pakem yang tidak pernah dilanggar Mbah, kalau toh kita melukis
dengan niat melukis damar kurung sudah selayaknya mengikuti pakem yang
berlaku”. Sebagaimana dalam tayangan acara Maestro MetroTV dia bilang : “Banyak
yang belajar melukis damar kurung masih terjebak dalam bentuk tiga dimensi
padahal seharusnya dua dimensional penuh, itulah kehebatan Mbah Masmundari yang
sulit ditandingi”. Melukis dengan menerjemahkan objek nyata menjadi lukisan 2
dimensi bukan merupakan hal yang mudah. Padahal Mbah mampu melukis apa saja
dari cerita masa lalu hingga masa sekarang dalam bentuk dua dimensional penuh.
Seperti yang diceritakan Syaikhu
tentang kemampuan Mbah Masmundari yang sempat membuat heran pelukis-pelukis
senior adalah ketika sebelum pembukaan pameran di Jakarta Mbah sempat diajak
jalan-jalan ke Sea World Ancol dan waktu pembukaan Mbah melukiskan
pengalamannya di Sea World. Bagaimana Mbah melukis ikan pari, ikan cucut,
udang, dan berbagai macam binatang laut dengan cara dua dimensional sempat
memukau pelukis-pelukis yang hadir saat itu. Karena itu dia sempat heran dengan
istilah damar kurung pengembangan.
Pakem-pakem dalam Damar Kurung
digunakan untuk menyatakan aliran seni lukis damar kurung sebagaimana kubisme
yang lebih menonjolkan shape dan warna yang flat. Pakem-pakem ini akan
membentuk “Tata Ungkapan” seperti yang disampaikan Prof. Dr. Primadi Tabrani,
koordinator Pendidikan Pasca Sarjana Fakutas Senirupa dan Desain, Institut Teknologi
Bandung. Primadi pernah menulis “Membaca bahasarupa gambar tradisi membutuhkan
‘Ilmu Bahasarupa’ antara lain ‘Tata Ungkapan’ (grammar) sebagai padanan Tata
Bahasa dalam bahasakata”.
Lukisan kaca dan damar kurung teknik
melukisnya sama dengan bahasarupa relief candi dan wayang beber. Gambar pensil
di kertas dijiplak ke kaca, diberi warna dan dilihat dari sebalik kaca
tersebut. Jadi ‘arah lihat’ gambar damar kurung ‘terbalik kiri kanannya’
dibanding dengan relief candi dan wayang beber. “Arah lihat” ini yang
menentukan berbagai “grammar”.
Kalau kita lihat karya awal Mbah
Masmundari antara tahun 1970an sampai tahun 1999 yang masih menggunakan kertas
hvs dalam melukis maka dapat dijabarkan cara pembacaan karyanya yang persis
pada relief candi dan wayang beber. Sebenarnya cara baca damar kurung ada dua
macam sebagaimana diungkapkan Ika Ismurdyahwati seorang mahasiswa pasca sarjana
Fakultas Senirupa dan Desain ITB yang pernah meneliti lukisan Mbah Masmundari :
Jenis Lukisan Sakral dan Jenis Lukisan Profan. Jenis Lukisan Sakral bercerita
tentang dunia sakral, upacara-upacara keagamaan, legenda-legenda dll. Sedang
Jenis Lukisan Profan lebih bersifat lukisan keseharian seperti 17 agustusan,
pasar bandeng, manten dll.
Dalam melukis Mbah Masmundari
membagi bidang lukisan dalam dua atau tiga bidang mendatar. Kalau kita sebut
saja satu bidang datar sebagai sebuah sekuen cerita maka untuk jenis lukisan
sakral cara membacanya dari sekuen teratas sampai terbawah. Masing-masing
sekuen dibaca dari kanan ke kiri. Jadi dari sekuen teratas dibaca dari kanan ke
kiri terus turun ke sekuen bawahnya dibaca dari kanan ke kiri begitu
seterusnya. Untuk membaca urutan cerita di masing-masing bidang sisi damar
kurung kita harus berputar ke kanan atau melawan arah jarum jam. Jadi kita baca
dulu satu sisi dengan cara di atas lalu beralih ke sisi kanan dari yang kita
lihat begitu seterusnya.
Sedangkan dalam jenis lukisan profan
yang bercerita tentang keseharian membacanya dari sekuen terbawah lalu ke
sekuen atasnya. Masing-masing sekuen dibaca dari kanan ke kiri. Untuk urutan
ceritanya dari masing-masing sisi dapat dimulai dari mana saja (dream time).
Pakem-pakem lain dalam damar kurung
adalah tuan rumah, bepergian, selalu di sisi kanan menghadap kiri sedang tamu,
datang, selalu di sisi kiri menghadap ke kanan. Seperti dalam lukisan tentang
pemilu yang diabadikan dalam buku “PILKADA LANGSUNG DAM MASA DEPAN DEMOKRASI“
tulisan Ir. Ach. Nadlir didapati lukisan orang-orang yang datang di TPS-TPS
menghadap ke kanan sedang petugas PPS menghadap ke kiri. Dan untuk melukiskan
kepulangannya orang-orang digambar menghadap ke kiri.
Ada satu yang unik saat lukisan itu
dipesan sebelum jadi, Syaikhu berpikir bagaimana menggambar orang mencoblos di
dalam bilik. Ternyata dengan lihainya Mbah Mundari melukis dengan menyingkap
kain biliknya sehingga terlihat jelas orang yang sedang mencoblos. Teknik ini
yang dikenal dengan ‘Sinar X’ dimana sebuah lukisan digambarkan sisi dalamnya
secara utuh.
Berbeda dengan lukisan damar kurung
masa kini yang dimulai sekitar tahun 1999 menggunakan media fiberglass yang
sebelumnya menggunakan kertas hvs. Dalam lukisan fiberglass alias mika Mbah
Mamundari melukis diatas media fiberglass bening diberi warna lalu ditutup cat
putih dan dipasang di kerangka kayu yang dulunya menggunakan bambu. Dalam
pemasangan fiberglass lukisan diletakkan di sisi dalam kerangka damar kurung
berbeda dengan di kertas hvs yang lukisannya di letakkan di luar sisi. Karena
pemasangan lukisan di sisi dalam itu maka lukisan damar kurung di media akrilik
jadi terbalik.
Dengan keterbalikan lukisan ini maka
cara pembacaannyapun jadi ikut terbalik. Pada lukisan sakral membacanya dari
sekuen teratas dan dibaca dari kiri ke kanan bukan dari kanan ke kiri seperti
pada kertas. Sedang lukisan profan dibaca dari sekuen terbawah dari kiri ke
kanan seterusnya ke sekuen teratas.
Dengan pakem-pakem seperti ini
Syaikhu berharap mereka yang ingin mempelajari teknik lukisan damar kurung
tetap berpegang pada pakem. Karena pada dasarnya pakem-pakem itu ada bukan
untuk membatasi pengungkapan ide. Mbah Masmundari mampu melukiskan apa saja
dari cerita Nyonya Muluk yang magis legendaris sampai lukisan masa kini seperti
traktor, crane dan bolduser yang diberi judul proyek yang kini dikoleksi Kantor
DPRD Kab Gresik.
Cara Membaca Damar Kurung
DAMAR KURUNG
|
KERTAS
|
AKRILIK
|
Cerita Sakral
|
Arah lihat dari atas ke bawah dari
kanan ke kiri
Urutan bercerita dari kanan ke
kiri
|
Arah lihat dari atas ke bawah dari
kiri ke kanan
Urutan bercerita dari kanan ke
kiri
|
Cerita Profan
|
Arah lihat dari bawah ke atas dari
kanan ke kiri
Urutan bercerita dapat dimulai
dari mana saja (dream time)
|
Arah lihat dari bawah ke atas dari
kiri ke kanan
Urutan bercerita dapat dimulai
dari mana saja (dream time)
|
Bahasarupa Damar Kurung
Cara Pengungkapan : Naturalis dari kepala sampai kaki, sudut wajar, sinar X,
aneka kejadian baik yang lama maupun baru.
Tata Ungkapan Dalam : Naturalis stilasi digeser, sejumlah latar, tepi bawah garis
tanah, tampak khas.
Sekuen : beberapa sekuen.
( Sumber : Seni Hias Damar Kurung
dan Lukisan Kaca Jawa Timur )
Sumber : syaikhubusiri.com