VIDEO PROFIL SMP YPI NASRUL UMAM

VIDEO PROFIL SMP YPI NASRUL UMAM

Senin, 23 September 2013

Duduksampean

Duduksampeyan, siapa yang tidak kenal dengan nama ini, sebuah nama salah satu Kecamatan di Kabupaten Gresik yang sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan, utara berbatasan dengan Kecamatan Manyar, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Benjeng, dan timur berbatasan dengan kecamatan Cerme dan Kecamatan Kebomas.

Bila orang jawa mendengarnya, istilah kata Duduksampean sudah tidak asing lagi, dalam artian bahasa jawa, kata "duduk" bisa berarti "bukan" atau bahkan "lenggah", sedangkan dalam kata "sampean" bisa berarti "kamu", "koe" atau dalam bahasa halusnya "panjenengan". dua kata ini yakni "duduksampean", bila disebutkan pada orang lain bisa diartikan bermacam-macam tergantung pemaknaan dari orang tersebut. Akibatnya adalah pengertian ambiguitas, makna yang lebih dari satu tergantung orang yang membacanya atau mendengarnya.


Foto udara suasana stasiun duduk dengan terlihat ada satu lokomotif uap yang sedang berjalan. dan foto pasar duduk yang di waktu itu pasar duduk masih berupa bangunan semi permanen yang terbuat dari bambu-bambu dan beberapa masih beratapkan alang-alang


Kata Duduksampean ini tak ada hubungannya sama sekali dengan kecamatan Duduksampean, seseorang dari wilayah lain diluar Gresik dengar kata ini bisa memicingkan dahi karena ketidaktahuan mereka, namun bagi orang Gresik dan sekitarnya, kata Duduksampean justru tidak asing di telinga mereka, Duduksampean merupakan salah satu nama kecamatan di Kabupaten Gresik Jawa Timur yang letaknya di sebelah barat dari kecamatan Kebomas dan berbatasan dengan kecamatan Deket Lamongan. Pada jaman belanda dahulu daerah ini sudah dikenal dengan sebutan nama "doedoek"

Duduksampean dari berbagai sumber tidak ada keterangan yang rinci tentang asal muasal kata nama kecamatan ini, dalam buku GRISSE TEMPOE DOELOE dengan penulis Dukut Imam Widodo, nama kecamatan Duduksampean ini pun tak masuk kedalam tulisannya, justru dua desa saja yang disebutkan dalam buku ini yakni desa Tirem dan desa Gredek. kedua desa ini masuk dalam tulisan di buku tersebut dikarenakan sejarahnya diwaktu lampau seperti halnya desa-desa lain di kecamatan-kecamatan Gresik lainnya.

Minimnya informasi tentang sejarah kecamatan ini sungguh disayangkan apalagi generasi tua atau generasi pendahulu kita sudah banyak yang uzdur bahkan meninggalkan kita tanpa ada peninggalan-peninggalan catatan secara rinci tentang sejarah Duduksampean ini. Sedikit terhapusnya sejarah masa lalu Duduksampean ini juga bisa dilihat dari hilangnya peninggalan dan jejak masa lampau, memang tidak semua bangunan atau sebuah peninggalan masa lalu disebut sejarah, namun peninggalan tersebut merupakan bukti dari masa lampau yang seharusnya bisa kita jaga meski kita tidak bisa pungkiri akan kemajuan suatu peradaban.

Dokumentasi letak stasiun sumari dari dokumen yang tercatat di tahun 1923

Perkembangan kecamatan duduksampean begitu dinamis dan tergolong cepat, hal ini dikarenakan kecamatan duduksampean dilintasi jalur utama trans jawa yang membuat efek yang cukup berarti dalam perkembangan daerah, baik itu berupa perubahan yang bersifat positif maupun negatif. Dahulu, Kecamatan Duduksampean dan kecamatan Cerme ketika jaman penjajahan belanda menjadi satu karesidenan dan dijadikan poros utama perekonomian selain gresik kota tua, hal ini bisa dibuktikan dengan adanya tiga stasiun dalam satu karesidenan yakni Stasiun Duduk, Stasiun Sumari dan Stasiun Cerme.

Ketika jaman penjajahan jepang, keberadaan stasiun sumari mulai dihilangkan dan kemungkinan besi rel yang ada dipakai untuk pembuatan senjata. Stasiun sumari merupakan stasiun percabangan menuju stasiun gresik kota tua/pelabuhan yang jalurnya sekarang menjadi jalan warga dan rumah warga. stasiun sumari ini adalah salah satu nadi penting penyokong perdagangan dari pelabuhan gresik yang dulu merupakan salah satu pelabuhan tersibuk dan terpenting di daerah jawa timur selain palabuhan kalimas, alur transportasi ini yang menggunakan moda kereta uap ini ditujukan ke arah wilayah barat yakni lamongan, babat, bojonegoro, mojokerto, jombang dan daerah lain.





Berikut beberapa foto udara wilayah duduksampeyan dan sekitarnya di tahun 1946

 Perempatan bunder beserta penampang sawah pada sisi atas sebelum menjadi waduk


 Desa Tebaloan, yang sebelah barat dari sungai sekarang menjadi Stock Pile Batubara Yani Putra


 Sungai yang berkelok ini merupakan sungai sebelah timur Dusun Ambengambeng


 Perempatan Bunder dari sudut lain dengan masih banyaknya tambak dan belum ada pemukiman


Foto Dusun Ambengambeng dengan masih banyaknya pepohonan serta di depan Dusun masih terdapat "jublang" ditepi jalan yang sekarang menjadi parkiran kendaraan serta rumah warga dan juga jalanan masih berupa jalan tanah belum beraspal.

Kira-kira seperti inilah kondisi jalanan diwaktu lalu sebelum beraspal, masih banyak pepohonan dan kanan kiri terdapat sungai-sungai yang dimanfaatkan warga selain untuk pengairan sawah namun juga dimanfaatkan sebagai transportasi air serta kegiatan lain seperti mandi, mencuci dan kakus.


Sumber Foto : Marine Luchtvaart Dienst Indiƫ
Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde /
Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies (KITLV)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar