VIDEO PROFIL SMP YPI NASRUL UMAM

VIDEO PROFIL SMP YPI NASRUL UMAM

Minggu, 07 Mei 2017

Sejarah Desa Suci

Kota Santri, demikian sebutan akrab kota Gresik. Sebuah kota yang tidak terlalu besar, namun disana terdapat industri besar. Selain itu , ada dua situs bersejarah yang berupa makam Penyebar Agama Islam di Jawa yaitu, MAKAM MAULANA MALIK IBRAHIM dan MAKAM SUNAN GIRI.

Selain tempat bersejarah,Gresik juga memiliki banyak kekayaan budaya yang cukup terkenal salah satunya adalah kebudayaan REBO WEKASAN yang ada di Desa Suci Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik yang juga ada hubungannya dengan nama Desa SUCI, Budaya REBO WEKASAN selain identik dengan keramaian juga memiliki nuansa RELIGIUS yang sedikit terlupakan oleh masyarakat, karena mereka mungkin tidak mengetahui persis apa sejarah yang melatar belakangi munculnya Budaya REBO WEKASAN dan Sejarah Nama DESA SUCI.

Berikut ini beberapa paparkan sejarah singkat Asal usul NAMA DESA SUCI dan munculnya BUDAYA REBO WEKASAN yang Ada di desa Suci Kecamatan Manyar Kabupeten Gresik diambil dari desasucigresik.wordpress.com.

Masyarakat di Gresik sudah tidak asing lagi dengan acara tradisional yang biasanya kita sebut REBO WEKASAN yang berpusat di DESA SUCI yaitu Desa di sebelah barat kota Gresik kurang lebih 7 km dari jantung kota Gresik. Nama SUCI inilah yang mengilhami adanya keramaian REBO WEKASAN.Budaya ini konon terjadi sejak ditemukannya sumber air oleh seorang Kerabat Kanjeng Sunan Giri pada tahun 1483 M ini berdasar catatan sejarah KOTA GRESIK, dan sumber air tersebut sangat bersih dan jernih sampai-sampai meluap hingga permukaan tanah,Sehingga pada Tahun 1913 M dan Tahun 1932 M semasa penjajahan BELANDA dibuatlah Gedung penampungan air dan sumur-sumur di daerah sekitarnya, ini bisa kita lihat sekarang di Desa Suci Kec.Manyar Kab.Gresik, dan ketika Indonesia sudah Merdeka hingga sekarang Sumur-sumur tersebut di kelola oleh Perusahan Daerah Air Minum Kab.Gresik.



Mengenai asal usul nama Desa SUCI, Awalnya kerabat Kanjeng Sunan Giri tersebut diperintahkan untuk menyebarkan agama islam ke sebelah barat Kota Gresik, semula kerabat tersebut tiba di sebuah tempat diujung selatan Desa Suci yaitu bertempat di Kampung POLAMAN kemudian disana didirikanlah Masjid yang berfungsi juga sebagai PESANTREN Sebagai tempat untuk menuntut ilmu keagamaan.Kemudian untuk kebutuhan air dibuatkan subuah sumur yang dapat digunakan untuk bersuci dan dapat pula bermanfaat bagi masyarakat sekitar, karena saking besarnya manfaat air sumur itu kemudian dikenal dengan nama SUMUR GEDE yang dalam bahasa Indonesia berarti SUMUR BESAR, memang kalau kita melihat sumur itu sekarang akan terlihat biasa-biasa saja, ukurannya pun biasa akan tetapi manfaat sumur pada masa itu sangatlah besar sehingga masyarakat menyebutnya SUMUR GEDE.

Dan di sebelah sumur tersebut tumbuh sebatang pohon ASEM yang rasa buahnya MANIS sehingga Kampung tersebut dinamakan Kampung ASEM MANIS sampai sekarang. Selanjutnya kebutuhan air lama-lama tidak mencukupi, maka atas petunjuk Kanjeng Sunan Giri diperintahkannya kerabat tadi untuk menelusuri lereng bukit di sebelah utara kampung POLAMAN kemudian kerabat tadi melihat rerimbunan pohon-pohon besar di tempat itu , ada pohon Randu, pohon Beringin, pohon Abar, Pohon Kayu tangan, dan Pohon KESONO yang membentuk sebuah gerumbul, lalu sang kerabat tersebut mendekat dan melihat-lihat dibawah rerimbunan pohon-pohon tadi terdapat SUMBER AIR yang sangat jernih sekali dan sumbernya sangat besar sampai airnya meluap ke permukaan tanah sehingga kalau untuk kebutuhan SESUCI sangat baik dan memenuhi syarat menurut Agama yang kemudian Kampung itu dinamakan KAMPUNG SUCI.

Karena telah ditemukannya sumber air yang sangat besar itu Kemudian Masjid yang ada di POLAMAN atau Kampung ASEM MANIS dipindahkan kedekat sumber air Suci, Karena Situasi dan perkembangan Zaman masjid tersebut berpindah-pindah yaitu dari Polaman kedekat Sumber air kemudian pada masa penjajahan Jepang dipindah ke Kampung GOMBANG sebelah barat Desa, dan setelah Masa Indonesia Merdeka Masjid tersebut dipindah lagi, namun atas saran para tokoh masyarakat kemudian Masjid tersebut ditempatkan ditengah-tengah Desa .sampai sekarang Masjid itu Tetap berdiri Megah dan diberi nama MASJID JAMI’ ROUDLOTUS SALAM, Sedangkan ditanah bekas masjid yang dipindah tersebut juga didirikan Masjid yang lokasinya tepat didepan Sumber Air Suci yang sekarang manjadi Sebuah tempat pemandian yang di sebut SENDANG SONO, sedangkan Masjid tersebut diberi nama MASJID MAMBA’UT THO’AT.

Sedang siapa yang disebut sebagai Kerabat Kanjeng Sunan Giri diatas? Setelah diadakan penelusuran oleh para tokoh dan Ulama ahli sejarah, telah ditemukan, Beliau adalah SYEH JAMALUDDIN MALIK yang sekarang makamnya ada dibelakang Masjid. Dengan ditemukannya sumber air itu setiap tahun tepatnya tiap Bulan shafar hari RABO yang terakhir diadakan Riyadhoh dan tasyakkuran, mandi malam kemudian dilanjutkan SHOLAT MALAM, sujud syukur sebagai ucapan terimakasih kepada Allah SWT.

Dan memohon agar diberikan keselamatan, dijauhkan dari segala penyakit.

Dan para pengunjung biasanya juga melihat-lihat keindahan Gua-Gua di Gunung Suci antara lain: Gua Alang-alang, Gua Anten, Gua Gede, Gua pelesiran, Gua seleman, Gua Kelelawar,Gua pincukan, Gua Jaran dll. Mengenahi Istilah REBO WEKASAN bila ditinjau dari bahasa Arab, ARBA’A berarti hari rabu, dan HASANUN yang berarti Bagus artinya hari rebu itu sebaiknya dipergunakan untuk melakukan hal-hal yang bagus, sedangkan ditinjau dari bahasa Jawa berarti Rebo Pungkasan atau rebo yang terakhir pada setiap bulan Shafar, ini pengaruh dalam perhitungan Jawa, juga mempunyai pengertian dari kata Rebo Wekasan dalam bahasa Jawa dimana sejak nenek moyang dulu sudah ada acara ritual keagamaan di masa kejayaan SUNAN GIRI, berkaitan dengan itu banyak ulama yang menyebutkan bahwa pada Bulan Shafar Allah menurunkan 500 lebih macam penyakit, maka untuk mengantisipasi agar terhindar dari musibah tersebut banyak ulama yang melakukan tirakatan yaitu beribadah menghadap Allah SWT seraya berdo’a agar dijauhkan dari malapetaka itu utamanya dilakukan pada Hari Rabu yang terakhir dibulan Shafar.

Banyaknya pengunjung yang datang dari tahun ketahun secara otomatis mengundang para pedagang/penjual makanan dan minuman. Dimana pada awalnya makanan dan minuman yang dijual jenisnya sangat sederhana diantaranya Kacang Goreng,Kacang godog yang dipikul dan dilengkapi lampu Oplik sebagai penerangan, sedang minuman yang dijual berupa Cao Plek, Dawet dan serbat, disamping itu ada makanan khas Rebowekasan yang dijual sejak dulu yaitu Rujak manis dan Dawet yang berasal dari Desa ROMO, Serabi Raksasa dan Wingko dari DOHO. Kupat Keteg dari GIRI, sedangkan acara silatur rahim sanak famili dari luar Desa dan Kota disuguhkan makanan khas LONTONG BUMBU LADAN yang dilengkapi dengan Tempe, Tahu, dan daging ayam.

Mengenahi masalah hiburan dari tahun ketahun berubah sesuai dengan situasi dan kondisi zaman, kalau dulu hiburan yang sangat dominan pada acara Rebowekasan tersebut antara lain: Wayang kulit, panggung sandiwara yang bernafaskan islam, pencak silat,layer tancap, komedi putar,dan Hadrah yang kesemuanya hampir kurang dapat dilestraikan ,hanya Seni Hadrah yang masih diadakan setiap tahun, sekaligus mengadakan Kegiatan Istighotsah yang dilaksanakan setiap Hari senin malam selasa Sehari Sebelum Rebowekasan di bulan Shafar.

Seperti kegiatan REBOWEKASAN tahun tahun yang lalu, pada tahun ini juga diadakan kegiatan yang bernafaskan islam seperti KHOTMIL QUR’AN yang diadakan mulai hari senin pagi, Kemudian KIRAP TUMPENG RAKSASA, dimana tumpeng tersebut dikirab diringi dengan Hadrah dan bacaan Sholawat Nabi dari selatan Desa Suci yaitu kampung ASEM MANIS (RW.05) menuju keutara Desa Suci yaitu ke masjid MAMBAUT THO’AT (RW.01) depan Lokasi Sumber Air Suci tempat dimana diadakannya kegiatan ISTIGHOTSAH, sebagai rasa syukur masyarakat atas adanya sumber air tersebut.

Sedang kegiatan Hiburan juga diadakan seperti tahun sebelumnya seperti, Wayang Kulit, Tari kreasi anak2, Hadrah Al-Banjari dan Qosidah Gambus. Alhamdulillah dari tahun ketahun kegiatan Rebowekasan Desa Suci bertambah ramai lebih-lebih dengan berdirinya dua Pondok Pesantren yaitu, PP.Mamba’us Sholihin dan PP. Darut Taqwa, maka orang yang berjualan semakin memenuhi sepanjang jalan Desa Suci yang mencapai kurang lebih 1 Kilometer. Mudah-mudahan masyarakat Desa Suci bisa terus melestarikan budaya Rebo Wekasan ini dengan baik dan menjadi pertimbangan untuk pelengkap/melengkapi asset Budaya dan Wisata Daerah Kota Gresik.



sumber: tulisan disalin dari https://desasucigresik.wordpress.com/sejarah/, dan http://www.inigresik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar